Huni - Temanmu Cari Properti

Apa itu Transit-Oriented Development atau TOD?

TOD adalah konsep tata kota yang dikembangkan agar seluruh ruang di dalam kota saling terintegrasi, dengan tempat transit sebagai pusatnya.


A
Azaria Nur Fadhilah20 Okt 2022 13:49
  • Bagikan :

Apa itu Transit-Oriented Development atau TOD?

Apa itu Transit-Oriented Development atau TOD?

Perkembangan suatu kawasan perkotaan, fasilitas pada kawasan transit intermodal, menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan. Kenapa? Karena di kawasan transit tersebut banyak aktivitas lain yang dilakukan masyarakat. Selain itu, fasilitas di sekitar kawasan transit ini menjadi potensi perkembangan suatu wilayah.

Nah, kawasan berorientasi transit inilah yang dikenal dengan nama Transit-Oriented Development. Selain itu, akhir-akhir ini konsep hunian TOD banyak menarik minat masyarakat dan pengembang. Sebenarnya apa itu Transit-Oriented Development atau TOD? Bagaimana konsepnya? Apakah ada manfaatnya? Dan masih banyak pertanyaan yang lain. Tenang saja, kali ini Huni akan membahas Transit-Oriented Development (TOD) secara lengkap. So, simak artikelnya sampai habis ya!

A. Pengertian TOD

Transit-Oriented Development atau sering disingkat TOD adalah konsep tata kota yang dikembangkan secara khusus agar seluruh ruang yang ada di dalam kota saling terintegrasi. Selain terintegrasi, setiap ruang yang ada bisa memaksimalkan fungsinya. Di dalam kawasan TOD, pembangunan properti, seperti apartemen atau hunian vertikal, area bisnis, tempat rekreasi, dan transportasi umum dapat terintegrasi secara optimal.

Dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit, dijelaskan bahwa Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit atau Transit-Oriented Development (TOD) adalah konsep pengembangan kawasan di dalam dan di sekitar simpul transit (tempat yang diperuntukkan bagi pergantian intermoda dan antarmoda). Pengembangan ini menitikberatkan pada integrasi antarjaringan angkutan umum massal, pengurangan penggunaan kendaraan pribadi, dan pengembangan kawasan campuran dengan memaksimalkan pemanfaatan ruang.

TOD biasanya mencakup pemberhentian atau transit, seperti stasiun, terminal, maupun bandara yang di sekelilingnya didesain sebagai area campuran (mixed use) dengan kepadatan tinggi. Daerah terpadat dari TOD biasanya berada dalam radius 400-800 meter di sekitar pemberhentian transit pusat. Hal itu karena dianggap sebagai skala yang pas untuk pejalan kaki. Oleh karena itu, TOD ditempatkan pada jaringan utama angkutan masal, koridor jaringan bus dengan frekuensi tinggi, dan jaringan feeder bus yang waktu tempuhnya kurang dari 10 menit dari jaringan utama angkutan massal.

Adanya tempat transit terpusat di kawasan TOD dapat memberikan kenyamanan bagi para pejalan kaki maupun pengguna transportasi publik. Selain mempermudah akses ke tempat-tempat tujuan, dengan adanya konsep TOD ini dapat menghemat waktu, mengurangi biaya transportasi, dan juga dapat memperbaiki gaya hidup.

B. Prinsip Pengembangan Kawasan TOD

Prinsip TOD

Prinsip TOD via ITDP

Menurut Institute for Transportation and Development Policy (ITDP), terdapat delapan prinsip dalam pengembangan kawasan Transit-Oriented Development (TOD) agar diperoleh hasil yang sesuai dengan standar TOD, yaitu:

1. Walk (Berjalan)

Prinsip walk dapat terlaksana dengan pengembangan infrastruktur bagi pejalan kaki yang aman dan lengkap, serta dapat diakses oleh berbagai kalangan termasuk masyarakat disabilitas. Selain itu, juga dilengkapi dengan fasilitas jalan seperti penerangan, arah jalan, rambu di jalan, dan lain sebagainya.

2. Cycle (Bersepeda)

Prinsip cycle ditujukan untuk memberikan prioritas transportasi tidak bermotor yang terjangkau guna mencapai tujuan jarak pendek. Selain itu, pengembangan infrastruktur bagi pengguna transportasi tidak bermotor juga perlu diperhatikan agar lebih aman.

3. Connect (Menghubungkan)

Seperti namanya yang berarti menghubungkan, prinsip connect dapat diterapkan dengan menciptakan jaringan jalan dan jalur pejalan kaki yang padat. Sehingga, jaringan jalan maupun jalur yang lainnya dapat saling terhubung.

4. Transit (Angkutan Umum)

Prinsip transit dapat dikembangkan dengan pembangunan yang saling terintegrasi di sekitar jaringan umum angkutan massal. Sehingga akan memudahkan apabila ingin berganti moda transportasi.

5. Mix (Pembauran)

Prinsip mix atau pembauran dilakukan dengan mempertimbangkan perencanaan pengembangan secara seimbang dengan tetap memperhatikan tata guna lahan, pendapatan dan demografi. Jadi, akan menghasilkan jalan maupun jalur yang tertata dan saling terhubung.

6. Densify (Memadatkan)

Prinsip densify dikembangkan dengan mengoptimalkan kepadatan ruang dan menyesuaikan dengan kapasitas angkutan umum. Misalnya dengan pembangunan berbasis vertical building.

7. Compact (Merapatkan)

Prinsip compact dikembangkan dengan pembangunan transportasi umum yang terintegrasi di wilayah yang mempunyai waktu tempuh pendek.

8. Shift (Beralih)

Terakhir adalah prinsip shift yang dilakukan dengan meningkatkan mobilitas angkutan umum beserta dengan regulasinya, sehingga akan menarik minat masyarakat untuk beralih menggunakan ngkutan umum.

C. Manfaat Transit-Oriented Development (TOD)

Salah satu manfaat adanya TOD adalah moda transportasi yang saling terintegrasi antara titik transit. Tersedianya area komersil, area perkantoran, tempat hiburan, dan area perumahan di sekitar titik simpul, sehingga semua area dapat dijangkau dengan mudah menggunakan transportasi publik. Selain itu, masih ada lagi manfaat yang lain, antara lain:

1. Mengurangi Kemacetan

Adanya tempat transit angkutan massal yang saling terintegrasi akan memudahkan masyarakat dalam menggunakan transportasi publik. Selain itu, jalur pejalan kaki maupun kendaraan tidak bermotor yang berdekatan dengan tempat transit menjadi nilai tambah. Akibatnya banyak masyarakat yang memilih menggunakan transportasi publik daripada kendaraan pribadi. Jadi, semakin menurunnya pengguna kendaraan pribadi dapat mengurangi kemacetan.

2. Mengurangi Polusi Udara

Semakin banyak masyarakat yang memilih menggunakan angkutan massal, maka pengguna kendaraan pribadi semakin sedikit, sehingga kemacetan dapat dikurangi. Kemacetan yang berkurang juga berdampak pada polusi udara yang juga semakin berkurang. Selain itu, adanya jalur transportasi tidak bermotor (jalur pejalan kaki dan sepeda) dapat mengurangi gas karbon di udara. Kualitas udara pun dapat semakin membaik.

3. Strategis

Selain tempat transit yang saling terintegrasi, pada kawasan TOD ini juga menggabungkan beberapa fungsi lahan. Misalnya lahan residensial, perdagangan, jasa, perkantoran, ruang terbuka, dan ruang publik, sehingga memudahkan masyarakat untuk melakukan perjalanan dengan berjalan kaki, sepeda, ataupun transportasi umum.

4. Hemat Biaya

Konsep kawasan TOD yang serba komplit, mulai dari transportasi, ruang terbuka hijau, maupun hunian hingga bangunan komersil. Dimana, semuanya bisa ditempuh dengan jalan kaki ataupun sepeda tentunya akan menghemat biaya juga, bukan?

5. Waktu Lebih Efisien

Kawasan pertokoan, industri, taman, maupun hunian yang dibangun di sekitar titik simpul (tempat transit angkutan massal) akan membuat waktu lebih efisien. Karena semua kebutuhan dapat ditemukan dengan mudah di kawasan TOD. Ditambah dengan integrasi angkutan massal yang akan memudahkan kamu bepergian dengan nyaman.

6. Kualitas Hidup Semakin Baik

Saat kelelahan setelah seharian bekerja, jika dihadapkan pada kemacetan, polusi udara, dan lamanya waktu perjalanan tentu akan memicu stres, bukan? Nah, dengan menerapkan konsep TOD, maka kemacetan menjadi semakin berkurang, kualitas udara juga semakin baik, dan perjalanan yang lebih efisien, sehingga stres dapat dicegah. Ditambah dengan adanya ruang terbuka hijau yang berada di kawasan transit juga bisa menjadi tujuan berolahraga atau sekedar bersantai. Menarik kan?

7. Investasi dan Perekonomian Meningkat

Angkutan massal yang terintegrasi dan penggabungan antara area hunian serta komersial tentu akan semakin meningkatkan perekonomian. Karena semuanya terpusat di sekitar tempat transit, jadi hampir semua aktivitas dapat dilakukan dengan efisien. Selain itu, kawasan di sekitar tempat transit juga dilirik banyak investor karena lokasinya yang strategis. Bahkan nilai properti pun semakin naik di kawasan TOD ini.

D. Transit-Oriented Development (TOD) di Dunia

Dikutip dari website sekretariat kabinet (setkab), konsep TOD sudah diterapkan diberbagai negara di dunia. Misalnya TOD di Curitiba yang dibangun sekitar tahun 1960-an ini dianggap sebagai penerapan konsep TOD paling awal dan paling sukses di Brasil. Pemerintah Brasil beranggapan bahwa TOD adalah solusi untuk pengembangan di area padat dengan penduduk, perumahan, ritel, dan ruang publik karena memudahkan akses untuk transit, bersepeda, maupun berjalan kaki.

Dari benua Amerika, bergeser ke benua Asia, Hongkong dinilai sebagai negara terbaik dalam penerapan TOD. Kenapa? Karena dibandingkan dengan negara lainnya, tingkat kepemilikan mobil di Hongkong terbilang sangat rendah karena sebagian besar masyarakatnya memilih menggunakan kendaraan umum.

Selain Hongkong, Jepang juga sudah menerapkan konsep TOD sejak tahun 1972. Bahkan, hingga sekarang, penerapan TOD di Jepang dijadikan sebagai acuan dalam pembangunan sarana transportasi dan tata kelola kota. Jepang telah menerapkan pembangunan dengan konsep TOD di beberapa kota.

Sedangkan di Asia Tenggara salah satu contoh negara yang sukses menerapkan konsep Transit-Oriented Development (TOD) adalah Singapura. Singapura berhasil menerapkan konsep kawasan berorientasi transit dengan fasilitas dan infrastruktur yang lengkap di sekitar titik simpul. Sehingga, hampir semua aktivitas masyarakat dipusatkan di sekitar titik simpul atau tempat transit. Jadi, banyak orang yang lebih memilih menggunakan transportasi publik diandingkan transportasi pribadi.

E. Transit-Oriented Development (TOD) di Indonesia

Perkembangan TOD di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak dikeluarkannya Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No.16 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit. Bermula dengan dibangunnya MRT di Jakarta yang dibangun secara berkelanjutan dengan pengembangan lahan di sekitar stasiun.  Pemprov DKI Jakarta melalui PT MRT Jakarta mengembangkan kawasan berorintasi transit atau TOD di beberapa stasiun kereta api bawah tanah (KABT), dimulai dengan stasiun rute Lebak Bulus-Dukuh Atas.

Dikutip dari website sekretariat kabinet (setkab), pembangunan 12 stasiun itu akan dibuat dengan klasifikasi TOD yang beragam. Lima stasiun diantaranya, yaitu stasiun Lebak Bulus, stasiun Fatmawati, stasiun Cipete, stasiun Blok M, dan stasiun Dukuh Atas akan dijadikan TOD maksimum. Lalu, tiga stasiun seperti stasiun Senayan, stasiun Istora, dan stasiun Bendungan Hilir akan dikembangkan dengan konsep TOD medium. Sedangkan, empat stasiun sisanya, yaitu stasiun Haji Nawi, stasiun Blok A, stasiun Sisingamangaraja, dan stasiun Setiabudi akan dikembangkan dengan pola TOD minimum.

Dikutip dari Jakarta MRT, stasiun Lebak Bulus adalah stasiun pertama di koridor utara-selatan yang diharapkan mampu menjadi magnet bagi masyarakat dari daerah luar Jakarta, seperti Tangerang Selatan. Dengan adanya konsep TOD, masyarakat luar Jakarta yang beraktivitas di Jakarta dapat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum, sehingga kemacetan dapat berkurang.

Sedangkan penerapan konsep Transit-Orientation Development (TOD) di Stasiun Dukuh Atas, berfokus pada integrasi dengan lima moda tranportasi yang berbeda, yaitu MRT Jakarta, Bus Rapid Transit (BRT) Transjakarta, kereta bandara, commuter line, dan kereta Light Rapid Transit (LRT). Selain itu, infrastruktur pada jalur pejalan kaki, sepeda, dan ruang terbuka hijau dikembangkan lagi.

Agar pengembangan kawasan TOD bisa terwujud secara maksimal, maka diperlukan kerjasama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat. Pengembangan konsep TOD di kawasan Jakarta ini diharapkan dapat mempermudah aktivitas masyarakat di wilayah Jakarta dan sekitarnya atau biasa disebut Jakarta Coret. Kedepannya, tidak hanya di wilayah Jakarta saja, tetapi juga wilayah yang lainnya, terutama di kota-kota besar di Indonesia.

Nah, sekarang kamu sudah mengetahui apa itu TOD kan? Jika konsep TOD ini bisa terwujud secara maksimal, maka kamu bisa melakukan berbagai aktivitas dengan lebih mudah dan nyaman.

Huni.id bisa menjadi teman kamu untuk mencari rumah idaman dengan mudah, termasuk di kawasan TOD. Ada fitur Huni Map yang bisa membawa kamu melihat rumah tanpa harus datang langsung ke lokasinya. Selain itu, juga ada informasi detail rumah, lengkap dengan fasilitas, legalitas, dan aksesbilitas. Menarik kan? Lalu jika kamu sudah menemukan rumah yang menarik minat, kamu bisa langsung chat dengan agen, karena di Huni.id tersedia fitur itu juga. Mudah dan simple! Ayo akses Huni.id untuk berburu mencari hunian impian di kawasan TOD!